Warta Indonesia |Hari raya Idul Adha adalah hari Raya Qurban dalam ajaran agama islam. Perayaan Idul Adha mempunyai nilai-nilai dari hikmah sejarah adanya perayaan hari besar islam tersebut. Khatib pada Idul Adha sering membahas tentang sejarrah dari Idul Adha, tentu saja setiap pengkhotbah berbeda dalam menjelaskan makna dari Idul Adha.
Dalam perayaannya di Masjid Jami’ Desa. Tiga Juhar Kec. STM Hulu Kab. Deli Serdang Sumatera Utara sedikit unik. Pasalnya, materi khutbah yang dibawakan oleh khatib Idul Adha Ust. Kaswari Saut Martua Marbun, S.Pd acap kali diintegrasikan dengan nilai-nilai Pendidikan (Kecerdasan).
“Dalam moment Hari Raya Idul Adha tentu kita sudah lekat dengan istilah Hari Raya Qurban berawal dari iktibar peristiwa nabi Ibrohim AS dengan anaknya Nabi Ismail AS yang pada saat itu wahyu Allah memerintahkan untuk menyembelih anaknya walaupun terakhir jasadnya diganti dengan seekor domba. Hal ini Allah menguji Nabi Ibrohim AS yang itu tidak dapat diragukan lagi keimanannya. Masih banyak lagi peristiwa yang menjadi catatan sejarah bagi umat seperti naik haji, lari-lari kecil antara sopa dan marwa, hempasan kaki nabi Ismail saat Masi bayi memancarkan air hingga kini yang sering kita sebut air zam-zam, lempar jumroh ketika syaiton menggoda Ibrohim dan Masi banyak lagi.” Ucap Ust. Kaswari Saut Martua Marbun, S.Pd.
Kisah Ini Masyhur
Kisah ini masyhur tidak ada lagi yg tidak tahu bahkan luar kepala jika dikisahkan. Namun ada yang kita lupakan dari kisah beliau, yang itu tidak masyhur di kalangan umat, apa itu?
Putra Kelahiran Tapanuli Tengah tersebut juga menegaskan bahwa Kecerdasan nabi Ibrohim AS, jauh sebelum lahirnya Nabi Ismail dilahirkan, Nabi Ibrohim pernah berhadapan dengan raja zolim yang bernama Namrudz.
Pada saat itu Namruzd dan seluruh pengikutnya berburu ke hutan lalu Ibrohim menghancurkan berhala-berhala sesembahan mereka.
“Nabi Ibrohim Dengan cerdas menjawab seluruh pertanyaan Namrudz: bahwa yang menghancurkan semua patung adalah berhala yang paling besar yang sengaja kapak Nabi Ibrohim digantungkan di bagian leher berhala itu, jika berhala ini tidak mampu bergerak dan menghancurkan berhala lainnya lantas kenapa kalian sembah? Bagaimana kalian akan diselamatkannya jika kalian ditimpa musibah? Ini jawaban Cerdas Nabi Ibrohim”. Pungkas Kaswari Marbun (dalam khotbahnya).
Ex Ketua Rayon PMII Tarbiyah UIN Sumut ini juga menegaskan, harusnya warisan utama yang diwariskan orang tua terhadap anak anaknya generasi mendatang bukanlah harta, tahta, pangkat dan jabatan, tapi warisan pendidikan, warisan kecerdasan sama halnya kecerdasan Ibrohim dan Anaknya Ismail AS yang tabah menyerahkan kerelaannya disembelih.
Sebagai alumni Mahasiswa Pendidikan, Kaswari Marbun berharap kepada seluruh jama’ah anak anak generasi mendatang kiranya diberikan didikan-didikan yang mencerdaskan, didekatkan dengan agama, disekolahkan ke pesantren -pesantren, didekatkan dengan ulama-ulama yang sanadnya sampai ke Rosululloh agar bengsa dan negara kita tidak diobrak-abrik oleh orang yang tidak punya agama.