Café memang sudah menjadi tempat nongkrong favorite di setiap daerah, bukan hanya muda-mudi bahkan sampai yang sudah tua juga masih hobbi untuk nongkrong.
Kosa kata nongkrong biasa dipakai ketika duduk kumpul bersama teman atau kolega, kalau sudah nongkrong pasti minumnya tidak jauh dari kopi.
Tidak bisa dipungkiri kalau pecinta kopi itu bukan hanya di Indonesia saja guys tapi sampai ke mancanegara. Selain negara Thailand dan beberapa negara ASEAN lainnya, Indonesia termasuk negara penyuplai kopi terbanyak.
Ngomong-ngomong tentang kopi, kita akan kupas tuntas tentang beberapa jenis kopi dari Sumatera Utara nih,
Kopi Sipirok
Cita rasa biji kopi dari dataran tinggi Sumatera sangat populer, tidak hanya di Indonesia namun juga di mancanegara. Sebut saja kopi Aceh Gayo, Sidikalang, Lintong, dan Mandhaeling. Namun, mungkin belum banyak yang mengenal kopi Sipirok.
Penanaman kopi di wilayah Sipirok dilakukan sejak zaman kolonial. Pada masa Kerajaan Siregar Akkola Dolok 1839, pertama kali dikenal pertanaman kopi yang kemudian dipasarkan ke kolonial Belanda. Setidaknya ada 6 daerah yang menjadi penghasil utama kopi, yakni Sipirok, Marancar, Angkola Timur, Arse, Saipar Dokok Hole dan Aek Bilah. Hasil panen kopi dari Sipirok lalu dikirim ke Mandhaeling untuk dikumpulkan sebelum dijual. Karenanya, nama kopi Mandhaeling lebih dikenal oleh pasar.
Kopi Arabika Sipirok dikembangkan dari varietas kopi sigarar utang, ateng super dan gayo satu. Biji kopi arabika Sipirok tergolong specialty coffee karena memiliki cita rasa unik yang merupakan campuran rasa lemon tea, rempah-rempah dan gula aren. Nilai citarasanya berkisar antara 81,37 sampai 84,75. Kualitas tersebut menempatkan Kopi Sipirok dalam jajaran kopi spesial atau specialty coffee.
Lama dikenal sebagai kopi mandheiling, kini jati diri Kopi Arabika Sipirok telah mengantongi hak paten dan layak berdiri sendiri. Sertifikat Indikasi Geografis untuk nama Kopi Arabika Sipirok telah ditetapkan Ditjen Hak Kekayaan Intelektual Kemenhukham pada Februari 2018. Hal ini tidak lepas dari upaya Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis Kopi Tapanuli Selatan (MPIG-KTS), didukung PLTA Batangtoru dan Dinas Pertanian Tapsel.
Bukan hanya sertifikat hak paten yang didapatkan. Sebelumnya pada medio 2014, rekor MURI juga dikantongi kopi Sipirok berkat festival kopi yang diadakan di Sipirok, Tapanuli Selatan. Berbagai pengakuan tersebut tak lepas dari upaya semua elemen masyarakat, pemkab, dan sektor privat.Paten dan penghargaan lainnya yang didapat kopi Sipirok memang diutamakan untuk memberdayakan kopi itu menjadi komoditas bernilai historis dan memiliki akar yang jelas. Diharapkan petani kopi pun akan merasakan manfaat nilai tambah yang berdampak meningkatkan perekonomian di daerah Sipirok atau Tapanuli Selatan kedepannya.
Perkebunan kopi yang dikelola masyarakat di Sipirok merupakan zona penyangga Cagar Alam Sibual-buali yang terletak pada ketinggian 1200-1300 mdpl, lokasi ideal yang menjadikan daerah ini sebagai salah satu sentra terbaik kopi arabika di Sumatera. Melindungi lanskap batang toru berarti juga melindungi tempat tumbuh yang menunjang keberlangsungan varietas kopi primadona tapanuli ini.
Source: smilebatangtoru.ipb.ac.id