Ibnu Fadhlan: Petualang Muslim dan Deskripsi Eropa Utara Abad ke-10 M

The Muslim Adventurer and Description of Northern Europe in the 10th Century AD

Medan – Ibnu Fadhlan memiliki nama lengkap Ahmad bin Fadhlan bin al-Abbas bin Rasyid bin Hammad Maula Muhammad bin Sulaiman. Namanya tidak banyak dikenal dalam sejarah Islam. Sosoknya dianggap asing dan kurang mendapat tempat. Popularitasnya tidak sementereng para petualang muslim lainnya, seperti Ibnu Battuta, Laksamana Ceng Ho, dan Abu Hasan al-Masudi.

Namun siapa sangka, di balik ketidaktenaran namanya tersebut, tersimpan cerita petualangannya yang sangat luar biasa. Bahkan dari catatan perjalanannya, orang-orang Rusia hari ini banyak mendapat gambaran tentang sejarahnya pada masa lalu,(11/1/2023).

Perjalanan Ibnu Fadhlan dan rombongannya dilatarbelakangi oleh permohonan Raja Shaqalibah -sebuah kerajaan kecil di Eropa bagian Utara yang menganut Islam- untuk meminta perlindungan dan bantuan kepada Khalifah Abbasiyah di Baghdad. Permohonan ini juga datang karena pada masa tersebut, Kerajaan Shaqalibah sedang terlibat konflik dengan tetangganya Kerajaan Khazar yang beragama Yahudi. Khalifah Abbasiyah yang berkuasa pada saat itu al-Muqtadir Billah, menyambut baik permohonan ini.

Dengan segera, khalifah membentuk tim yang terdiri dari: Sausan al-Rassy, Takin al-Turky, Baris as-Saqlaby, dan Ibnu Fadhlan, untuk berangkat ke Kerajaan Shaqalibah.

Utusan Khalifah Abbasiyah bagi Kerajaan Shaqalibah

Ibnu Fadhlan dan rombongannya berangkat dari Kota Baghdad pada hari Kamis, 21 Juni 921 M. Pada awalnya, rombongan ini melewati Kota Hamadzan dan Ray (sebuah kota di dekat Teheran sekarang). Kemudian, mereka menyeberangi Sungai Oxus untuk bisa sampai ke Kota Bukhara, terus melewati Bulgaria sampai tiba di Kota Jurjan.

Perjalanan rombongan ini bersamaan dengan musim dingin, sehingga kota-kota yang mereka lewati keadaannya sangat dingin. Bahkan di dalam risalahnya, Ibnu Fadhlan menjelaskan ketika ia keluar dari rumah menuju kamar mandi, janggutnya berubah menjadi beku (al-Dihan, Risalah Ibnu Fadhlan). Hal ini menunjukkan kepada kita bagaimana ekstremnya keadaan cuaca yang dihadapi rombongan tersebut.

Setelah kurang lebih dua bulan menetap di Jurjan, karena kondisi Sungai Jaihun yang membeku, rombongan ini melanjutkan perjalanan menuju Turki. Dalam perjalanan lanjutan ini, rombongan Ibnu Fadhlan bergabung dengan kabilah Naisabury agar terhindar dari perampokan. Selama perjalanan melewati Turki, Ibnu Fadhlan juga banyak menggambarkan keadaan wilayah dan masyarakatnya pada masa itu.

Dalam risalahnya, ia menyatakan bahwa rombongan ini bertemu dengan salah satu suku Turki yang dikenal dengan al-Ghaziyah. Ibnu Fadhlan menggambarkan orang-orang dari suku ini menyebut pemimpin mereka dengan arbaban (tuan), mereka menyelesaikan permasalahan dengan cara musyawarah, mengenal kalimat syahadat (namun tidak lebih hanya ucapan saja), serta melarang perzinahan (al-Dihan, Risalah Ibnu Fadhlan).

Rombongan ini terus melanjutkan perjalanan menggunakan perahu dan melewati banyak sungai-sungai besar, di antaranya adalah sungai Yaghindi, Jakhish, dan sungai terbesar yang pernah mereka lewati selama perjalanan ialah Sungai Jakhish. Selama kurang lebih dua puluh hari perjalanan melewati Turki, akhirnya rombongan ini tiba di sebuah daerah yang berjarak satu hari perjalanan dari negeri Shaqalibah (namun sayang Ibnu Fadhlan tidak menyebutkan dengan spesifik apa nama tempat tersebut).

Akhirnya, rombongan ini tiba di Shaqalibah pada 21 Juni 921 M, setelah menempuh perjalanan panjang dan berbahaya selama kurang lebih satu tahun. Rombongan ini kemudian disambut dengan berbagai upacara kebesaran. Beberapa hari setelah penyambutan, Ibnu Fadhlan menyerahkan berbagai hadiah yang sebelumnya dititipkan oleh Khalifah al-Muqtadir Billah kepada Raja Shaqalibah.

Ibnu Fadhlan juga membacakan surat dari sang khalifah dihadapan raja dan seluruh penduduknya serta membentangkan midrat (panji/bendera) dan siwad (baju kebesaran Dinasti Abbasiyah). Ketika surat tersebut dibacakan, mereka semua harus berdiri sebagai sebuah sikap penghormatan kepada Khalifah Abbasiyah.

Deskripsi Perjalanan

Selama menempuh perjalanan dari Baghdad sampai Shaqalibah, Ibnu Fadhlan dan rombongan menjumpai berbagai macam keunikan dari setiap negeri yang mereka lewati. Hal ini kemudian dideskripsikan oleh Ibnu Fadhlan dengan sangat baik. Saking detailnya ia menjelaskan keunikan setiap negeri tersebut, terdapat sebuah ungkapan yang berbunyi, “yang luar biasa dari risalah ini ialah, biarpun ditulis oleh seorang ahli fiqih, namun ia sangat baik dalam memberikan penjelasan seindah gubahan para ahli sastra. Ibnu Fadhlan mampu menggambarkan apa yang ia rasakan (bahagia, takjub, takut) hingga seolah-olah kita menyaksikannya sendiri” (al-Dihan, Risalah Ibnu Fadhlan).

Komentar

Top News